
Kita tak pernah dekat hingga kita harus tinggal bersama dalam satu rumah, hanya ada 5 perempuan dalam rumah ini sementara sisanya adalah lelaki yang selalu ribut dan tak pernah diam. Denganmu mereka bisa bercanda tertawa, bermain seperti lelaki dengan lelaki. Tak pernah kusadari kau selalu menunggu kedatanganku diawal minggu karena aku selalu pulang diakhir minggu untuk bertemu orang terkasih, seseorang yang menjadi alasan aku meninggalkan Jakarta dan berpindah di Kota ini. Hingga rahasia kecilmu terungkap oleh teman kita dan diadukannya kepadaku. Hal memalukan bagiku seharusnya memalukan bagimu, tapi waktu itu kau menepisnya dengan berkata;
'Habis gimana lagi, aku rindu kamu'
Aku tak tahu seperti apa mukaku waktu itu, yang kutahu aku lasung kabur menjauh dari percakapan itu. Aku selalu menghindar untuk ada satu ruangan denganmu, hingga kau uangkapkan rasa yang ada di hatimu dan kupilih untuk kujalani hingga kini.
Tak terasa sepuluh tahun telah berlalu, tak pernah ada penderitaan, tak pernah ada duka. Meski kedua orang tuamu berusaha membuatmu tidak kembali kesini. Kau tempuh segala macam cara untuk dapat kembali. Kau berjuang dengan kerja keras dan airmata. Bahkan kau lewatkan hari sakral dengan keluarga besarku. Kau lewatkan saat-saat istimewa hanya denganku. Kau berikan semua perhatian dan kasih sayangmu hanya untukku dan keluargaku.
Hingga aku bertanya pada diriku sendiri, kapankah akan kulakukan hal yang sama untukmu? Hanya sekali aku habiskan waktuku dengan keluarga besarmu, saat salah satu kerabatmu menikah. Seminggu dengan keluargamu bukan hal yang mudah ternyata. Pertanyaan tentang pribadiku cukup menggangguku. Terbayang pertanyaan yang harus kau jawab setiap bertemu dengan keluarga besarku. Tapi kau bangga, kau puji aku ketika keluarga besarmu memperhatikanku, ketika mereka menanyakan aku. Aku merasa aku belum memberikan apapun, aku merasa hanya aku yang selalu dimanjakan, hanya aku yang diistimewakan olehmu. Aku tak tahu, akankah aku menjadi seperti engkau?
Baru sepuluh tahun kita jalani, masih baru. Masih masa bulan madu bagiku, bagi kita. Aku inginkan selamanya. Aku inginkan hingga ajal memisahkan kita, mungkinkah? Masih banyak yang harus aku hadapi. Masih banyak yang harus kita lewati. Semoga sepuluh tahun ini menjadi awal yang baik untuk kita.