Selasa, 14 Juli 2009

ULLEN SENTALU


Sebuah musium yang ada di Jogjakarta, tepatnya di lereng kaliurang. Suasana yang adem memang memperkuat suasana mistis dan romantis dari musium ini. Sebenernya musium ini bukan musium baru, sudah cukup umur malah. Tapi karena dikelola oleh swasta bekerja sama dengan lembaga dari luar negeri dan beberapa kerabat keraton baik dari Jogja, Surakarta bahkan ada beberapa koleksi dari Cirebon, pemasaran yang dilakukan tidak telalu gencar. Kunjunganku yang ketiga beberapa waktu yang lalu dengan teman karibku dan partnernya ternyata merupakan kunjungan pertama dan terakhir mereka ke Ullen Sentalu sebagai partner. Sekarang mereka hanya akan menjadi teman baik. Teman yang sangat baik, semoga.

Anyway, musium ini tidak membuat kita putus cinta kok. Aku dan Ueit menemukannya beberapa tahun lalu melalui majalah Intisari. Kami mencari tempat itu dengan tidak begitu sulit meskipun tak nampak dari jalan raya dan bahkan tak banyak orang yang tahu tentang musium ini meskipun mereka adalah penduduk sekitar. Musium ini tebagi banyak ruang. Ruang yang pertama kita masukin adalah ruangan yang berisi gamelan dan lukisan tentang tarian-tarian sakral yang hanya bisa ditarikan dikeraton saja pada masa dahulu namun sekarang sudah bisa ditarikan oleh masayarakat umum berkat Sultan Jogjakarta Hamengkubuwono IX. Dari ruangan ini kemudian kita berjalan sepanjang lorong yang berisikan foto dan lukisan para raja dan ratu Jogja dan Surakarta yang dibuat dengan tiga dimensi sehingga dari manapun kita melihat lukisan itu serasa lukisan itu menatap balik kearah kita.

Dari cerita Guide yang mengantar kami baru kami tahu ada raja Surakarta yang memiliki istri lebih dari 40 orang meskipun memiliki seorang istri yang amat pandai dan cantik. Dari cerita beliau juga aku jadi tahu kalau perempuan sesungguhnya adalah pemegang kekuasaan, karena seluruh tatanan, aturan, harta benda, diatur oleh sang ratu bukan raja. Raja hanya berperan untuk urusan diluar Istana (hmmm….tak terduga bukan?). Kemudian kami menuju arean yang dikenal dengan bale kambang karena ruangan-ruangan ini dibangun diatas air. Ada tiga ruangan terpisah disini, dimulai dengan ruangan batik dimana banyak koleksi kain batik dari masa lampau tersimpan, juga diceritakan proses pembuatan batik, diceritakan seorang ratu harus mampu membuat design batik selama menjadi ratu minimal satu design itupun dibatasi dengan patern atau panorama batik yang sudah baku. Dari ruang batik kami menuju ruang kebaya, disitu tersimpan kebaya dari awal tahun 1900 hingga terbaru ditahun 1970an. Kebaya ini sebagian besar di bordir secara manual, dengan mesin jahit yang amat sangat kecil (kalo dilihat seperti mesin jahit tapi kuetjiiiiil banget, paling sebesar mesin jahit punya Barbie si mainan anak2 itu). Dan bordirnya cantik banget bordir masa kini kalah semua. Bahkan ada kain brokat yang dibuat secara manual..hmmm fantastic. Dari ruangan ini kami menuju ruangan cinta, aku menyebutnya ruangan cinta karena diruangan ini ada cerita tentang seorang anak raja yang tidak bisa menikahi kekasihnya karena kekasihnya dari rakyat jelata sementara keluarganya tak menghendaki itu terjadi (wow!!! Ternyata memang real terjadi nyata!!! Ada!!). Diruangan ini ada banyak surat-surat dari saudara, paman, bibi dan teman yang memberikan semangat agar dia tabah.

Surat dan puisi-puisi ini dalam 4 bahasa ada yang berbahasa Jawa, Inggris, belanda bahakan Jepang (mengingat gadis Tineke ini tumbuh dimasa penjajahan Belanda dan Jepang disekitar tahun 1945-an). Kemudian ada satu ruang yang disebut ruang Jeng Nurul, seorang putrid raja yang cantik, yang diusia 14th pegi ke belanda untuk penikahan putrid Whilmena dan menari di sana sementara gamelan dimainkan di keraton dan dipancarkan melalui radio secara langsung (hebat!!! Jaman itu!!! Masa itu!!!) Masih ada satu gedung lagi, yang dinamain gedung kaca, gedung ini maĆ­z baru dan belum sempurna, ada sebuah patung pengantin Jawa dari Jogjakarta, kemudian lukisan Sultan dan Ratu Jogja yang Semarang. Gedung ini masih dalam penataan jadi belem banyak yang dapat kita lihat. Dulu dikunjungan kami yang pertama terasa berkesan banget, apalagi ketika memasuki ruang Tineke, betapa terasa aura cinta yang tak tersampaikan.

Betapa aura sedih dan redup Amat terasa. Dikunjunganku yang kedua, aku berangkat berempat dan cukup berkesan karena saat itu Ueit pas hangat-hangatnya berkencan dengan kekasih barunya.
Kunjungan terakhir juga berkesan karena aku berkunjung dengan teman-teman terbaikku.

2 komentar:

Ari Permana mengatakan...

wow
7thn di jogja kok wisata ini luput dr perhatian :-(
bagus ya?

mochacito mengatakan...

hmm..bagus banget!!!